SAINS DAN ISLAM
KEMAJUAN
SAINS DAN PERADABAN MANUSIA
DI
DUNIA BARAT DAN ISLAM
I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan
sains dan teknologi yang mengantarkan dunia pada era globalisasi dan informasi,
disamping memberikan kemakmuran dan kemudahan bagi umat manusia, juga tidak
menghadirkan tidak sedikit persoalan yang pelik, kompleks, dan multidimensi.
Masalah-masalah rumit diberbagai bidang kehidupan di abad 21 ini, menurut
individu untuk memiliki ketangguhan dan kemampuan berpikir kritis dan
menganalisis, mengevaluasi dan mencari alternatif penyelesaian atas masalah
yang dihadapi. Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dimasa kini dan masa mendatang, menurut individu memiliki literasi sains dan
teknologi yang memadai.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas
ditemukan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Bagaimana kemajuan sains di dunia Barat
dan Islam ?
2.
Bagaimana implikasi kemajuan Sains Barat
dan Islam terhadap Peradaban manusia ?
1.3
Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam pembuatan
makalah ini sabagai berikut :
1. Menjelaskan
kemajuan sains di dunia Barat dan Islam
2. Menjelaskan
bagaimana implikasi kemajuan Sains Barat dan Islam terhadap peradaban manusia
II. Pembahasan
A. Kemajuan
Sains di dunia Barat dan Islam
Awal
perkembangan sains dalam Islam tidak bisa dipisahkan dari sejarah ekspansi
dakwah “futuh al-buldan” Islam itu sendiri. Seyyed Hossein Nasr:
‘kemunculan sains di dunia Islam dan Eropa Barat’ memang ada masa pemindahan,
namun ada juga masa pengunyahan, pencernaan dan penyerapan, yang juga berarti
penolakan. Tidak pernah ada sains yang diserap ke dalam sebuah peradaban tanpa
penolakan sedikitpun.
Kaum muslim
pun terdorong untuk mempelajari dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri
yang ditaklukkannya; seperti penerjemahan karya-karya ilmiah dari bahasa Yunani
(Greek) dan Suryani (Syriac) ke dalam Bahasa Arab. Misalnya, Ibn al-Muqaffa’
(w.ca. 759M) dan Yahya ibn Khalid ibn Barmak (ca. 803M). Menurut pakar sejarah
sains dari universitas Harvard, Profesor Abdel Hamid Sabra, gerakan
penerjemahan tersebut di atas mewakili fase pertama dari tiga tahap Islamisasi
sains: fase peralihan atau akuisisi, fase penerimaan atau adopsi, fase
assimilasi dan naturalisasi. Fase kematangan ini berlangsung kurang lebih 500
tahun lamanya, diantara beberapa ‘dampak’ kemajuannya:
- Al-Battani (w. 929 M) mengoreksi dan memperbaiki
system astronomi Ptolemy, karyanya pun dipakai sebagai salah satu bahan
rujukan oleh Kepler dan Copernicus.
- Dalam bidang Fisika Ibn Bajjah (w. 1138)
mengantisipasi Galileo dengan kritiknya terhadap teori Aristoteles dll.
Faktor-faktor yang telah
memungkinkan dan mendorong kemajuan sains di dunia Islam pada saat itu antara
lain sebagai berikut. Pertama, kemurnian dan keteguhan dalam mengimani,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam. Kedua, adanya motivasi agama. Iqra’, a-fala yarawna, a-fala yanzhuruna,
siru fi l-ardi dll. Ketiga, adalah faktor social politik. Factor lainnya
adalah factor ekonomi, sehingga dulu mereka bisa membangun istana-istana megah,
perpustakaan-perpustakaan besar ataupun sejumlah rumah sakit. Factor lainnya
lagi adalah dukungan politis dari penguasa.
Ada beberapa fakta milik Islam yang
sengaja ‘disembunyikan’ dalam sejarah-sejarah umum, karena hasil-hasil karya
ilmiah yang ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim beberapa abad sebelumnya,
tetapi para ilmuwan tersebut lebih memilih untuk menyembunyikan karya-karya
mereka dan pada akhirnya ilmuwan dari Eropa-Amerika mengklaim bahwa mereka
adalah ilmuwan-ilmuwan yang paling berjasa dalam karya-karya ilmiah tersebut.
Dari diantaranya:
Konsep karantina kedokteran, ilmu
geografi, jam mekanik, fakultas kedokteran, pesawat terbang, teori aljabar dan
logaritma dalam matematika, ilmu astronomi (falak), lensa kaca, etnografi,
kerosin (minyak bumi), kertas, kaca&cermin, optic, candu untuk anesthesia,
pelaksana eksperimen besar pertama di dunia (Al-Biruni), artileri, meriam,
anesthesia dengan perantara narkotika yang direndam pada spon, mesiu dan
mikroskop, mesin cetak, dll.
Penemuan-penemuan tersebut diatas
umumnya dituliskan pertama kali ditemukan sekitar abad renaissance (14-17 H),
tapi faktanya hasil-hasil karya ilmiah tersebut sudah ditemukan oleh
ilmuwan-ilmuwan muslim beberapa abad sebelumnya, tapi ‘mereka’ menyembunyikan
fakta ini dan mengklaim ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam karya-karya ilmiah
tersebut adalah ilmuwan Eropa-Amerika.
B. Implikasi
Kemajuan Sains Barat dan Islam terhadap Peradaban Dunia
Ilmu-ilmu yang diajarkan dalam agama
Islam bagi umat manusia adalah sebuah harta karun yang sangat menarik dan
didambakan oleh semua pihak, tidak terkecuali pihak non-Muslim. Pada tahun 1213
di Eropa berdirilah sebuah universitas pertama mereka yaitu Universitas Paris
dan pada akhir abad pertengahan disusullah pendirian 18 universitas lainnya di
Eropa. Di universitas-universitas tersebut diajarkan pula ilmu-ilmu dari
ilmuwan Islam seperti, ilmu falak, filsafat, kedokteran, yang diadopsi dari
universitas Islam.
Pemuda Eropa
dahulu memang banyak yang menuntut ilmu di universitas Islam di Spanyol seperti
Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca. Saat belajar, mereka bukan
hanya sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi mereka juga aktif menerjemahkan
buku-buku buah karya para intelektual Muslim. Sepulangnya mereka ke negerinya,
mereka pun mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Berkat kerja
keras mereka mengadopsi dan menerapkan khazanah keilmuan Islam, akhirnya
muncullah tunas-tunas baru sarjana keilmuan Barat yang dibanggakan masyarakat
Eropa. Petrus Alfonsi salah satunya. Ia adalah seorang sarjana Eropa yang
dahulunya menggeluti ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di
Spanyol. Ketika selesai belajar dan kembali ke negerinya, Inggris, ia dipercaya
oleh Raja Henry I untuk menjadi dokter pribadinya. Selain itu, bekerjasama
dengan Walcher, ia juga dipercaya untuk menyusun mata pelajaran ilmu falak
berdasarkan ilmu yang didapatkannya di Spanyol.
Berikut
beberapa kontribusi intelektual Muslim dalam peradaban dunia di berbagai
bidang:
1. Astronomi
Astronomi atau ilmu falak adalah salah satu bidang ilmu yang paling digemari
oleh para ilmuwan Muslim selain matematika. Hal ini disebabkan karena kedua
bidang ilmu tersebut sangat mendukung peribadatan Islam, seperti dalam
menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, hari raya Idul
Adha, dan sebagainya. Di antara para ahli astronomi Muslim yang tersohor
adalah: al-Biruni, al-Battani (ia termasuk dalam 20 besar ahli astronomi
penting dunia), Abul Wafa (penemu kemiringan bulan), Hassan Ibn Haitam (penemu
optik yang menjadi dasar teropong Roger Bacon dan Kepler), dan lainnya. Dalam metode ilmu falak saat ini, sering terjadi perbedaan dalam penentuan
kalender islam kendalaya adalah ormas-ormas Islam cenderung tetap menggunakan
metode dan kriteria masing-masing dan belum sepakat dengan kriteria yang
dijadiakn acuan bersama. Masalah penentuan awal bulan kalender Islam banyak
menimbulkan perbedaan dalam penetapannya. Perbedaan penetapan awal bulan
tersebut berdampak pada pecahnya rasa kebersamaan dan menggangu kekhusyuan umat
islam dalam beribadah, seperti berbeda dalam menentukan kapan ramadhan, syawal,
dan zulhijjah yang berdampak pada bulan-bulan lain. Lebih parahnya, perbedaan
tersebut juga berimbas pada wilayah lain seperti aspek politis, ekonomis, dan
sosiologis. Dan pada akhirnya ditemukan jawaban bahwa konsep kalender islam
masih terkendala pada garis tanggal kamariah antar bangsa yang bersifat tidak
menetap setiap bulannya. Kondisi ini berbeda dengan garis tanggal kalender
masehi yang menggunakan penanggalan matahari. Garis tanggal dalam kalender ini
disepakati pada bujur 180°. Pendefinisian masalah hari untuk memulai tanggal
satu dalam kalender islam juga masih terkesan rancu, selama ini pergantian hari
pada kalender masehi dimulai pukul 00.00, sedangkan dalam kalender hijriah
dimulai setelah magrib.
2. Matematika
Ilmu matematika dalam bahasa Arab disebut aljabar (perhitungan), sedangkan
istilah algoritme adalah berasal dari nama penemunya yaitu al-Khawarizmi, yang
memiliki nama lengkap Muhammad bin Musa bin Khawarizmi. Ia merupakan salah satu
ahli matematika Muslim terkenal di masa khalifah al-Ma’mun.
Ia menulis buku aljabar.
3. Fisika
Ilmu fisika juga berhubungan erat dengan ilmu astronomi. Sehingga
karya-karya tentang optik yang ditemukan oleh Hassan Ibn Haitam (965-1039 M)
dijadikan dasar bagi bangunan ilmu fisika, yakni dasar bagi Bacon dan Kepler
dalam penemuan teropong, teleskop maupun mikroskop dan dasar dari fotografi.
4. Kimia
Meskipun bangsa Yunani telah mengenal sejumlah zat kimia, namun mereka
tidak tahu apa-apa mengenai subtansi unsur-unsur zat kimia, seperti: alkohol,
asam sulfur, maupun asam nitrat. Orang Arablah yang menemukan itu semua, yang
bersamaan dengan penemuan potasium, asam amoniak, nitrat perak, dan merkuri.
Maka, tidak heran jika berbagai istilah penting dalam kimia juga berasal dari
bahasa Arab, seperti; alkohol, alembrik, alkali, dan kimia itu sendiri. Salah
satu ilmuwan Muslim yang membidangi kimia adalah Abu Musa Jakfar al-Kufi.
5. Ilmu Hayat
Dalam bidang ilmu hayat, bangsa Arab tidak berpuas
diri dengan hasil dari penerjemahan karya-karya bangsa Yunani. Bangsa Arab pun
melakukan kajian dan observasi sendiri secara intensif. Sehingga tidak heran
jika mereka berhasil memperkaya daftar macam-macam tumbuhan yang tercantum
dalam “Daftar Dioscorides” yang berisi sekitar 2000 spesies. Farmapodia atau
sejenis ensiklopedia tetumbuhan obat yang disusun bangsa Arab Muslim berisi
berbagai macam tumbuhan dan bahan-bahan obat yang belum dikenal bangsa Yunani,
seperti: kaper, daun senna, tamarin, kasia, dan mauna.
6. Ilmu Kedokteran
Salah seorang ahli kedokteran Muslim yang sangat
terkenal di dunia Barat adalah Abu Ali al-Hussein bin Abdallah ibn Sina, yang
lebih dikenal sebagai Ibnu Sina atau Avicenna. Bukunya yang berjudul al-Qanun
fi at-Tib atau petunjuk tentang kedokteran. Buku tersebut berisi
tentang lima hal, yaitu fisiologi, kebersihan, patologi, pengambilan terapi,
dan materi pengobatan.
Selain itu Ibn Zohr juga merupakan salah seorang ahli kedokteran yang
terkenal karena dialah yang telah memperkenalkan aspek hukum dalam observasi bidang
kedokteran. Ia juga menemukan kekuatan dari jenis penyakit tertentu.
Kemudian Ibn Nafis dari Siria yang pada tahun 1289 telah berhasil
mempertontonkan sistem sirkulasi darah secara akurat, tiga ratus tahun sebelum
Servert, seorang dokter kebangsaan Portugis yang selama ini dianggap sebagai
penemu pertama.
7. Filsafat
Ibn Sina atau
Avicenna juga merupakan seorang ahli filsafat. Ia telah membentuk sistem
keilmuan dan pandangan filsafat skolastiknya secara gamblang, maksud
dari filsafat skolastik itu sendiri adalah kata sifat yang berasal dari kata
school, yang berarti sekolah, atau bisa juga dari kata schuler yang mempunyai
arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Kata
skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang mempunyai corak
khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama. 4 Perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik adalah filsafat yang
mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan
persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik
buruk. Adapun karya-karya utamanya antara lain Kitab
al-Shifa (Buku Penyembuhan), dan Kitab al-Isharat wa’l
Tanbihat (Pegangan Bagi Pengajaran dan Peringatan).
Upaya penerjemahan karya-karyanya dimulai sejak abad XII dan semenjak itu
para pemikir Arab mulai mewarnai pikirannya sesuai apa yang diterapkan oleh
Ibnu Sina. Sementara itu Abdul Wahid Muhammad Ibn Rushd atau Averroes dalam
banyak hal lebih berpengaruh ketimbang Avicenna, berkat bukunya yang
mengomentari karya filsafat Aristoteles.
8. Sastra
Para ilmuwan
Muslim juga memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia Barat di bidang
sastra. Hal ini terbukti dari hasil kajian Asian Palacios atas karya-karya
surealism dalam Islam dan atas buku La Devina Comedia karya
Dante Aleghery yang menyimpulkan bahwa Dante telah mendapat pengaruh yang besar
dari karya mistik Muhyidin ibn Arabi maupun penyair buta Abul Ala al-Maari.
Sedangkan novel bernilai filsafat dari Ibn Tufail, Hayy ibn
Yaqzan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Edward Pococke
pada tahun 1671 dan buku inilah yang mengilhami Daniel Defoe dengan kisahnya
Robinson Crusoe.
9. Geografi dan Sejarah
Masyarakat Arab
dikenal gemar mengarungi pulau maupun benua untuk berdagang. Karena itu mereka harus menguasai geografi maupun sejarah setiap kawasan
yang akan dijelajahi. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk menekuni
ilmu-ilmu geografis maupun sejarah. Dalam bukunya yang berbahasa Inggris
berjudul Golden Pastures, Hasan Ali al-Masudi memaparkan gambaran
lengkap tentang setiap negeri yang pernah dikunjunginya pada pertengahan abad
ke-10. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa selama lebih dari tiga abad para ahli
kartografi Eropa senantiasa mengutip karya-karya geografi Muslim, seperti karya
Nasrudin Tusi maupun hasil observasi al-Koshaji yang telah berhasil menuyusun
hasil petualangannya di Cina dan mengoreksi perhitungan garis lintang bumi
maupun ukuran bumi.
Sedangkan di bidang sejarah, Ibn
Miskawaih merupakan seorang sejarawan Muslim terkenal yang meninggal pada tahun
1030. Dalam bukunya yang berjudul Tajarib al-Umam (Pengalaman
Bangsa), ia memaparkan kisah sejarah tentang Persia dan Arab sampai
dengan masa hidupnya dan menyatakan bahwa penyerbuan Arab atas Persia telah
terjadi sejak jauh sebelum Islam lahir.
10. Sosiologi dan Ilmu Politik
Ibn Khaldun
(1332-1406 M) merupakan pemikir filsafat sosiologi dan sejarah yang terkenal
dalam peradaban Islam. Salah satu bukunya yang disebut sebagai Prolegomena
membahas refleksi umum sejarah manusia dan berbagai macam peradaban manusia
sebagai hasil dari perbedaan iklim, kehidupan kaum pengembara maupun yang telah
menetap dan istiadat atau latar belakang peradaban yang berbeda, termasuk
kelembagaan sosial, ilmu pengetahuan dan seni yang mereka kembangkan.
Sementara, al-Farabi menulis buku yang sangat terkenal tentang filsafat
politik yang berjudul al-Madinatul Fadhilah. Dalam buku
tersebut, ia menyatakan bahwa pemimpin suatu negara harus mampu memberikan
jaminan agar penduduknya mencapai kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun
di akhirat. Untuk itu negara harus dipimpin oleh seorang kepala negara yang
memiliki kualitas sempurna, yakni: 1) tinggi kecerdasannya; 2) kuat ingatan; 3)
fasih berbicara; 4) rajin bekerja; 5) sederhana; 6) luhur budi; 7) adil; 8)
teguh pendirian, dan 9) konsisten.
11. Arsitektur dan Seni Rupa
Arsitektur Muslim tampak dalam bentuk istana maupun
masjid yang gemerlapan yang di kemudian hari berpengaruh pada seni bangunan
gereja pada abad pertengahan di Eropa. Seperti pengaruh arsitektur masjid di
Cordova terhadap gereja katedral Notre Dane du Puy dalam wujud lengkungan susun
tiga, cuping ganda, lengkungan sepatu kuda maupun unsur dua warna yang
merupakan ciri masjid di Cordova.
12. Musik
Seorang
musikus Muslim bernama Abul Hasan Ali Ibn Nafis atau sering dipanggil Ziriyab
telah mendirikan konservatorium musik-musik Andalusia. Sejak itu teori musik
mulai dikembangkan oleh al-Farabi, yang menulis Kitab al-Musiki (Pegangan
Musik). Dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu matematika dan fisika para
penulis musik mampu memberi penjelasan secara ilmiah tentang suara dan
bagaimana mendorong pembuatan instrumen musik lebih lanjut, seperti gitar,
seruling, tambur, prototipe piano, organ dan sebagainya.
III Penutup
a.
Kesimpulan
Dari
data diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Awal perkembangan sains dalam Islam
tidak bisa dipisahkan dari sejarah ekspansi dakwah “futuh al-buldan”
Islam itu sendiri. Seyyed Hossein Nasr: ‘kemunculan sains di dunia Islam dan
Eropa Barat’ memang ada masa pemindahan, namun ada juga masa pengunyahan,
pencernaan dan penyerapan, yang juga berarti penolakan. Tidak pernah ada sains
yang diserap ke dalam sebuah peradaban tanpa penolakan sedikitpun. Faktor-faktor
yang telah memungkinkan dan mendorong kemajuan sains di dunia Islam pada saat
itu antara lain sebagai berikut. Pertama, kemurnian dan keteguhan dalam
mengimani, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam. Kedua, adanya motivasi
agama. Iqra’, a-fala yarawna, a-fala
yanzhuruna, siru fi l-ardi dll. Ketiga, adalah faktor social politik.
Factor lainnya adalah factor ekonomi, sehingga dulu mereka bisa membangun istana-istana
megah, perpustakaan-perpustakaan besar ataupun sejumlah rumah sakit. Factor
lainnya lagi adalah dukungan politis dari penguasa. Adapun beberapa kontribusi
intelektual Muslim dalam peradaban dunia di berbagai bidang, antara lain
astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu hayat, ilmu kedokteran, filsafat,
sastra, geografi dan sejarah, sosiologi dan ilmu politik, arsitektur, seni
rupa, dab yang terakhir musik.
b.
Saran
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah
kami ini masih banyak sekali kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca semua demi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Daftar
Pustaka
Amin, Samsul Munir, Sejarah
Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)
Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan
Islam : dari mana dan hendak ke mana?, terj. Machasin, (Bandung : Mizan,
2009)
Depdikub RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1990.
Dr. Syamsuddin Arif, Orientalis & Diabolisme
Pemikiran. Jakarta: Gema Insani Press, 2008.
Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 (Yogyakarta : Pustaka Book Publisher,
2009)
Mansur, Peradaban Islam
Dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2004)
Nakosteen, Mehdi, Kontribusi
Islam Atas Dunia Intelektual Barata, Deskripsi Analisis Abad Keemasan
Islam, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, (Surabaya
: Risalah Gusti, 2003)
Nasr, Seyyed
Hossein, Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya :
Risalah Gusti, 2003)
Sardar Ziauddin,
Sains, Teknologi dan Pembangunan di Dunia Islam. Kuala Lumpur: Syarikat
Dian Sdn Bhd, 1981.
http://www.majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=519:kontribusi-islam-dalam-sejarah-peradaban-barat-&catid=40:laporan&Itemid=103.
Jawa: 2013. Diakses pada 17 Desember 2013.